Jumat, 03 Juni 2016

neighbors 2 (2016)





Rating:



R (for crude sexual content including brief graphic nudity, language throughout, drug use and teen partying)
Genre:Comedy
Directed By:
Written By:Seth RogenEvan GoldbergBrendan O'BrienNicholas StollerAndrew J. Cohen
In Theaters:
Runtime:1 hr. 32 min.
Universal Pictures - Official Site 

Cast

 

“They’re using their sexuality as a weapon.”

Ketika sebuah studio mengumumkan produksi sekuel dari sebuah film akan muncul pertanyaan dengan jenis yang begitu familiar, seperti mengapa, untuk apa, bahkan fungsinya apa? Maksud dan tujuan sekuel beragam misalnya untuk membuat lebih banyak lagi uang, tapi ada pula niat yang tidak semurah itu seperti ingin mencoba meneruskan cerita, menjawab pertanyaan yang belum terjawab, hingga membuat kemasan yang lebih baik dengan berusaha memperbaiki kelemahan di film terdahulunya. Dua tahun lalu komedi berjudulNeighbors berhasil meraih box office 15 kali lipat dari budget yang ia punya, tapi menariknya kehadiran Neighbors 2: Sorority Rising (Bad Neighbours 2) ternyata tidak semurah sekedar untuk mencoba mengulangi pencapaian tersebut.

Mac (Seth Rogan) dan Kelly (Rose Byrne) masih berusaha keras mencoba untuk menjadi orangtua yang “baik” bagi putri mereka Stella, sementara di sisi lain mereka juga sedang bersiap menantikan kehadiran anak kedua mereka. Oleh karena itu mereka berniat untuk pindah ke rumah yang lebih besar dan menjual rumah lama mereka. Celakanya niat tersebut menemui masalah ketika sekelompok gadis-gadis muda yang gemar berpesta bernamaKappa Nu di bawah pimpinan Shelby (Chloe Grace Moretz) datang menempati rumah disamping rumah Mac dan Kelly. Mac dan Kelly dengan dibantu musuh lama mereka, Teddy Sanders (Zac Efron), berusaha untuk melakukan “perlawanan” untuk mencegah kebangkitan Kappa Nu.
 
Bukankah dari sinopsis tadi akan banyak mengingatkan kamu pada film pertama, Neighbors, yang muncul dua tahun lalu? Ya, memang sama persis tapi kali ini musuh bagi dua karakter utama kita diganti jenis kelaminnya dari pria menjadi wanita. Tapi yang menarik formula yang copy paste tadi berhasil dibentuk ulang oleh Nicholas Stoller untuk menjadi sajian komedi yang begitu menghibur, bahkan sedikit lebih baik dari film pertama. Mac dan Kelly masih berhadapan dengan masalah menjadi orangtua, mereka punya rencana, dan kemudian rencana mereka bertemu dengan rintangan yang kembali hadir dalam bentuk yang sama: remaja yang gemar berpesta. Bla bla bla, semua sama, tapi yang berbeda ketika Neighbors cenderung kearah let’s party sepuas hati film dengan meloncat kesana kemari film ini menampilkan pesta tersebut dengan tetap berpijak ke bumi.

Sederhananya, ini terasa lebih padat dan lebih mengikat. Memang efek dari film pertama jadi penonton sudah mengerti pola dari masing-masing karakter utama, dan karena usaha untuk membentuk dengan karakter tidak memakan banyak waktu Nicholas Stoller (Forgetting Sarah Marshall, Get Him to the Greek, The Five-Year Engagement)manfaatkan untuk menggambarkan masalah secara lebih mendalam. Mendalam di sini dalam artian yang tidak kompleks, mencoba mengeksplorasi berbagai isu dari tentang gender misalnya dengan cara mengolok-olok dan tetap mengandalkan sistem berpesta yang diusung film pertama. Hal tersebut sebenarnya sebuah kejutan besar dari film ini, karena mengingat cara film pertama hadir di hadapan penonton kemampuannya untuk menampilkan isu sosial dan budaya dengan cara yang fun dan tanpa terkesan menggurui tidak pernah saya harapkan dari film ini.
 
Neighbors adalah "kekacauan" yang total dengan “something important” yang tipis di dalam cerita, dan Neighbors 2: Sorority Rising berhasil mempertebal “something important” tadi. Terasa memang dampak hadirnya Nicholas Stoller, Seth Rogen, dan Evan Goldberg sebagai penulis naskah untuk membantu Andrew J. Cohen dan Brendan O'Brien. Meskipun menggunakan formula yang sama persis kesan pemalas tidak terasa dari Neighbors 2: Sorority Rising karena kamu akan menemukan berbagai hal segar di dalamnya. Dalam hal cerita muncul tema yang terasa kuat, seperti persahabatan, seksisme, feminisme, hingga identitas, tapi di sisi komedi kualitasnya terasa lebih merata, kemampuannya membuat penonton tertawa lebih konsisten dan momen laugh out loud dengan eksekusi yang baik juga lebih banyak. Dan meskipun di bagian akhir momentum terasa berkurang alur cerita di luar bagian tersebut berhasil tampil dinamis, aksi kejar-kejaran yang sukses mengikat penontonnya untuk go and stop bersama tawa.
 
Kemajuan juga terjadi di cast, dan meskipun tiga pemeran utama kembali dan berhasil menampilkan karakter mereka dengan lebih baik lagi dibandingkan dengan film pertama bintang utama di film ini justru Chloë Grace Moretz. Chloë berhasil membuat Shelby terasa seperti remaja wanita norak dan naif yang menjengkelkan tapi menarik untuk diamati. Shelby seperti pemberontak yang bertugas sebagai goal-getter, dan Chloë Grace Moretzberhasil melakukan itu dengan sangat baik. Tiga karakter utama yang kembali hadir juga tidak kalah terlalu telak dari Chloë Grace MoretzZac Efron misal, ia bertugas sebagai jembatan untuk membangun “perang” antara Mac-Kelly dan Shelby, dan itu ia lakukan dengan baik. Rose Byrne di sini fungsinya seperti ketika menjadi Rayna Boyanov di Spy, berhasil menjadi moment stealer yang oke. Ike Barinholtz juga berhasil mencuri perhatian. Dan Seth Rogen still doing "Seth Rogen", dan itu menyenangkan.
 
Neighbors 2: Sorority Rising ini adalah sekuel yang cerdik, ia tidak mencoba untuk berubah secara frontal, ia masih menggunakan formula yang sama seperti pendahulunya, tapi dengan memperbaiki kelemahan di film pertama ia berhasil menjadi sajian komedi rasa sama yang terasa lebih segar. Adalah sebuah kejutan menemukan berbagai isu seperti sosial dan budaya tampil lebih luas ketika mengingat apa yang dihadirkan film pertamanya. Neighbors 2: Sorority Rising berkembang dengan cara yang benar, sebuah pembuktian dari Nicholas Stoller bahwa ia salah satu sutradara yang ahli menciptakan komedi yang solid, sebuah komedi yang dinamis berisikan lelucon vulgar penuh tawa tepat guna dengan “something important” yang terselip manis di sampingnya.
Sumber




TRAILER



DOWNLOAD
Kualitas : HC HDRIP
Source : ShAaNiG
Resolusi : 720p & 360p
File : MKV & MP4



720p
Openload : http://sh.st/A6Hii
Usersfiles : http://sh.st/A6GHb
ClicknUpload : http://sh.st/A6GC5
Upload.mobi : http://sh.st/A6G2n



360p
Openload : http://sh.st/A6HaY
Upfile : http://sh.st/A6G6Q
Solidfiles : http://sh.st/A6HwB



Subtitle : Subscene 

Kamis, 02 Juni 2016

GET A JOB (2016)




Rating:



R (for crude and sexual content, nudity, drug use and language)
Genre:Comedy
Directed By:
Written By:Kyle PennekampScott Turpel
In Theaters:
On DVD:Jun 14, 2016
Runtime:1 hr. 25 min.

Double Feature Films - Official Site 


DOWNLOAD
Kualitas : BRRIP
Source : ShAaNiG
Resolusi : 720p & 360p
File : MKV & MP4



720p


Subtitle : Subscene 

Rabu, 01 Juni 2016

10 CLOVERFIELD LANE (2016)




Rating:


PG-13 (for thematic material including frightening sequences of threat with some violence, and brief language)
Genre:Mystery & SuspenseDrama
Directed By:
Written By:Josh CampbellMatthew StueckenDamien Chazelle
In Theaters:
Box Office:$72.0M
Runtime:

Bad Robot Productions - Official Site 

Cast

Meski punya konsep tentang invasi alien yang menarik dan dipuja-puji oleh para kritikus, faktanya Cloverfieldgarapan Matt Reeves 2008 silam bukan jenis film yang mudah dinikmati karena penyajian ala found footage-nya yang membuat separuh penontonnya pusing dan mual-mual karena efek shaky kameranya yang begitu ‘mentah’. Tetapi jika bisa selamat melewati  teknis dan editing ‘kasarnya’ yang memabukan, kamu mungkin akan sepakat seperti saya bahwa Cloverfield memang adalah salah satu thriller fiksi ilmiah kecil yang jenius dan paling mendebarkan yang pernah ada.

Bahkan setelah rilisnya Cloverfield pembicaraan soal sekuelnya sudah muncul di permukaan meski kenyataannya hanya sekedar menjadi omong-omong semata. Sanking antusiasnya mengharapkan seri lanjutan Cloverfield, sampai-sampai banyak penonton yang berspekulasi bahwa Super 8-nya J.J Abrams adalah sekuel Cloverfield, tentu saja kemudian dibantah mentah-mentah oleh sutradara Star Wars: The Force Awakens itu. Tetapi penantian panjang itu berakhir sudah setelah di awal tahun ini Paramount Pictures mengumumkan judul resminya, 10 Cloverfield Lane yang dibarengi dengan trailer dan marketing viral ala Cloverfield yang mengusik rasa penasaran.

Tetapi kenyataannya, 10 Cloverfield Lane bukanlah sekuel Cloverfield, bahkan J.J Abrams yang kembali duduk di bangku produsernya pun menegaskan demikian meski ia tidak menampik bahwa film garapan sutradara debutan Dan Trachtenberg ini berbagi DNA yang sama termasuk dunia alternatif yang sama denganCloverfield-nya Reeves. Mungkin lebih tepat menyebutnya sebagai spin-off atau sidequel mengingat narasinya yang bukan seperti lanjutan namun bekerja sebagai pondasi yang juga berjalan beriringan dengan peristiwa yang terjadi dalam Cloverfield.

Jadi tidak ada penampakan kaiju seperti di film pertamanya. Tembok-tembok besar pencakar langit New York yang porak poranda digantikan dengan pemandangan pinggir kota yang sunyi, memperlihatkan sosok Mary Elizabeth Winstead dalam wujud Michelle tengah mengendarai mobilnya, pergi jauh dari kehidupan lamanya, meninggalkan kekasihnya, Ben (Bradley Cooper) yang memohon-mohon untuk kembali lewat pengeras suaraiPhone-nya. Tetapi jauh sebelum ia sampai di tempat tujuan yang entah di mana, mobil Michelle mengalami kecelakaan hebat yang juga menjadi salah satu  opening credit paling keren yang pernah ada.

Dari sini cerita dimulai. Singkatnya, Michelle kemudian diselamatkan oleh Howard (John Goodman) dan dibawa ke bunker bawah tanahnya. Howard menjelaskan bahwa ada serangan misterius mematikan yang tengah menghancurkan dunia, membuat udara di luar sana tercemar oleh limbah beracun mematikan. Michelle tidak sendiri di sana, ada tetangga Howard, Emmet (John Gallagher, Jr.) yang juga beruntung bisa berada di bunker yang mungkin paling nyaman di dunia itu. Ya, bunker Howard mungkin sangat nyaman, aman dan hangat, jauh dari ancaman mengerikan dari luar, tetapi siapa sangka teror malah datang dari dalam yang kemudian memaksa Michelle harus memutar otak agar bisa keluar dari sana.

10 Cloverfield Lane memang meminjam universe dan premis dasar tentang kiamat alien dari abangnya,Cloverfield sebagai pondasi ceritanya, tetapi jujur saja ini seperti dua film yang benar-benar berbeda. Kita mengenal Cloverfield dengan gaya mocku horornya yang mencekam dan memabukan, di sini, di 10 Cloverfield Lane, Dan Trachtenberg melakukan pendekatan lebih bersahabat dengan membuang jauh-jauh pengunaan shaky cam-nya, kembali ke sudut pandang orang ketiga, memodifikasi konsep sci-finya menjadi thriller home invasioan ruang sempit yang mencekam. Ya, 10 Cloverfield Lane memang kehilangan penyajian yang membuat Cloverfield selalu diingat tetapi bukan berarti ia lantas kehilangan taji dan ciri khasnya sendiri.

Saya suka bagaimana Trachtenberg mengolah naskah buatan Josh Campbell dan Matt Stuecken dengan sangat berkelas, mengalihkan perhatian kita sejenak dari dunia luar Cloverfield yang tidak jelas nasibnya, memfokuskan segalanya ke bunker nyaman milik Howard yang dipenuhi dengan banyak pertanyaan, misteri dan ketidakpastian dan juga tekanan tingkat tinggi yang dibangun perlahan namun dengan pasti akan mencekikmu nanti bersama atmosfer klaustrofobik menyesakan yang sangat efektif menggedor jantungmu sampai akhir nanti. Saya suka bagaimana Trachtenberg membangun segalanya dengan solid sejak awal. Membuka filmnya dengan opening yang keren, menghadirkan misterinya yang langsung menyentil rasa penasaranmu dan yang paling utama adalah bagaimana dengan jenius ia memaksimalkan sumber dayanya yang sangat terbatas, perlu diketahui, bujet 10 Cloverfield Lane ini lebih kecil ketimbang Cloverfield yang sebenarnya juga sudah sangat minim itu, tetapi sekali lagi Trachtenberg membuktikan bahwa biaya produksi bukan segalanya.

Satu hal lain yang menonjol dalam 10 Cloverfield Lane selain kualitas narasi dan penyutradaraan yang ‘menyimpang’ adalah casting-nya yang sempurna. Ia hanya punya tiga orang pemain utama, dan semua bermain fantastis. Kudos terutama patut diberikan kepada aktor senior John Goodman dalam salah satu penampilan terbaiknya. Berperan sebagai Howard sang penyelamat, Goodman bisa menghadirkan sebuah kompleksitas karakter yang menarik. Di satu sisi ia menimbulkan kecurigaan dengan segala tindakan pencegahan yang sedikit berlebihan, tetapi ia punya alasan bagus untuk itu dan jawaban buat semua pertanyaan, tetapi di sisi lain susah untuk tidak menaruh curiga kepadanya meski terlihat lembut dan sangat peduli, karakter Howard bisa menjadi sangat menyeramkan. Sementara Mary Elizabeth Winstead sukses menjadi heroin tangguh yang manusiawi meski di thrid act-nya ia tampak terlalu hebat. Secara keseluruhan Winstead mampu memadukan kekuatan emosi, rasa was-was dan kecerdasan berpikir yang berhasil di bawakannya dengan baik, relasinya bersama John Gallagher, Jr. memberikan sisi emosional tersendiri, terutama ketika Trachtenberg memberi sesi curhat intim buat keduanya guna memberi kedekatan lebih kepada penontonnya yang tentu saja menghasilkan efek peduli yang lebih kuat.

Sumber:https://filmsemaugue.blogspot.co.id/2016/05/10-cloverfield-lane-2016_31.html





TRAILER 




DOWNLOAD
Kualitas : WEB-DL
Source : ShAaNiG
Resolusi : 720p, 480p (Hardsub Indo) & 360p
File : MKV & MP4



720p MKV
Openload : http://sh.st/AFQfB
Kumpulbagi : http://sh.st/AFNpQ
ClicknUpload : http://sh.st/AFmPR
Upload.mobi : http://sh.st/AFmZ3
Usersfiles : http://sh.st/AFQti



480p MP4 (Hardsub Indo)
Openload : http://ouo.io/8S3fXr
Upfile : http://ouo.io/cb0ZBv
ClicknUpload : http://ouo.io/iecUYv
Upload.mobi : http://ouo.io/GJVqL  



360p MP4
Openload : http://sh.st/AFEXx
Mediafire : http://sh.st/AFNJ9
Solidfiles : http://sh.st/AFE4i



Subtitle : Subscene